PELET | Tanya Jawab ~ YM Bhikkhu Uttamo
PELET | Tanya Jawab ~ YM Bhikkhu Uttamo
Pertanyaan :
Bagaimanakah cara kerja ilmu pelet ? Apakah ada Paritta dalam Agama Buddha untuk menangkalnya ? Apakah yang harus dilakukan agar terhindar dari ilmu Pelet ?
Jawaban :
Pelet sering diartikan sebagai kekuatan konsentrasi pikiran atau bahkan menggunakan bantuan kekuatan mahluk halus yang dikirimkan oleh seseorang untuk membuat orang yang diarahnya menjadi senang atau cinta dengan dirinya ataupun dengan orang lain yang dimaksudkannya. Seseorang bisa terkena pelet, pada prinsipnya, adalah karena ia kurang melatih pikirannya dalam berkonsentrasi atau bermeditasi.
Selain itu, karma buruk yang dimiliki juga sedang berbuah pada saat kekuatan pelet itu dilancarkan. Untuk menangkal, menghindari maupun menyembuhkan kekuatan pelet dapat dipergunakan beberapa cara.
Pertama, orang hendaknya memperbanyak kebajikan dengan mengembangkan kerelaan. Kerelaan ini dapat dilakukan dengan cara menolong orang lain atau mahluk yang sedang menderita. Menolong orang dapat mempergunakan materi yang dimiliki
maupun dengan tenaga dan ucapannya. Sedangkan menolong mahluk lainnya, misalnya saja, hewan yang sedang menderita dapat dilakukan dengan membebaskannya dari penderitaan. Pembebasan ini dapat dilakukan dengan menyelamatkan hewan tertentu dari kematian akibat dipotong atau dibunuh dan mengembalikannya ke habitat semula. Apabila hewan itu adalah ikan, ia bisa dilepaskan kembali ke sungai atau laut. Apabila hewan itu adalah burung, ia dapat dibebaskan ke udara terbuka.
Kedua, orang hendaknya selain mengembangkan kerelaan, ia juga melatih kemoralan. Latihan kemoralan yang menjadi dasar dalam Ajaran Sang Buddha adalah melaksanakan Pancasila Buddhis. Pancasila Buddhis adalah berisikan latihan untuk tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berjinah, tidak bohong dan tidak mabuk-mabukan. Kalau dapat, usahakanlah melaksanakan secara rutin seminggu sekali Delapan Sila atau Atthasila. Delapan Sila ini pada dasarnya melaksanakan Pancasila Buddhis dengan tambahan tiga sila lainnya yaitu tidak makan setelah tengah hari sampai dengan keesokan harinya, tidak menyenangkan diri dengan mempergunakan wangi-wangian maupun nonton hiburan serta tidak duduk dan berbaring di tempat yang mewah atau tinggi. Tinggi tempat berbaring biasanya diukur dari lantai sampai dengan sprei yang dipergunakan, maksimal 40 cm.
Selain melatih lima atau delapan sila tersebut, seseorang hendaknya juga sering membaca paritta, khususnya membaca Karaniyametta Sutta, atau Kotbah Sang Buddha tentang cinta kasih. Karena dengan kekuatan cinta kasihlah, kekuatan yang tidak baik bisa dikurangi atau bahkan dilenyapkan.
Ketiga, orang hendaknya berusaha melatih meditasi dengan berkonsentrasi pada obyek tertentu. Obyek meditasi biasanya adalah memperhatikan proses masuk dan keluarnya pernafasan. Latihan meditasi ini dapat dilakukan paling sedikit 2 kali sehari, setiap pagi dan sore, selama sekitar 15 menit atau lebih. Selama latihan meditasi, seseorang hendaknya berusaha duduk tenang dengan tidak membiarkan pikirannya bergerak ke mana-mana kecuali hanya memusatkan perhatian pada proses masuk dan keluarnya pernafasan.
Semakin banyak seseorang melatih ketiga bentuk kebajikan ini, maka semakin banyak pula timbunan kebajikan yang dimilikinya. Timbunan kebajikan inilah yang akan membuat seseorang sulit terkena pelet. Terlebih lagi apabila seseorang banyak melatih meditasi, maka kekuatan pelet semakin sulit mengenai dirinya.
Sebagai tambahan, dalam tradisi masyarakat juga dikenal cara menghindarkan diri dari kekuatan pelet yaitu, selain melakukan ketiga hal yang telah disebutkan di atas, sebaiknya orang tidak terlalu mudah menerima pemberian makanan dan minuman
dari orang yang tidak dikenal atau dicurigai akan mengirimkan kekuatan pelet. Selain makanan dan minuman sebagai sarana mengirimkan kekuatan pelet dikenal pula beberapa sarana lain yaitu foto diri, tanggal lahir, pakaian bekas, potongan kuku atau
rambut dan berbagai hal lainnya.
Namun, kembali lagi pada prinsip awal, bahwa seseorang dapat terhindar dari segala kekuatan buruk yang akan menimpa dirinya itu sangat tergantung pada timbunan kekuatan karma baik dan latihan kesadarannya dengan membiasakan diri bermeditasi.
Semoga keterangan ini dapat memberikan manfaat.
Salam metta,
B. Uttamo
Sumber : www.samaggi-phala.or.id