32 ciri khusus Sang Buddha juga dilakukan oleh Brahmana Sela beserta 300 muridnya
Menyelidiki 32 ciri khusus Sang Buddha juga dilakukan oleh Brahmana Sela beserta 300 muridnya, spt yg dpt kita baca pada kutipan Sela Sutta-MN 92:
Kemudian Brahmana Sela pergi bersama tiga ratus murid brahmana mendatangi Sang Bhagavā. Ia berkata kepada para murid brahmana: “Berjalanlah dengan tenang, tuan-tuan, melangkahlah dengan hati-hati; karena Para Bhagavā ini sulit didekati bagaikan singa yang mengembara sendirian. Ketika aku sedang berbicara dengan Petapa Gotama, jangan menyelaku, tetapi tunggulah hingga pembicaraan kami selesai.”
Kemudian Brahmana Sela mendatangi Sang Bhagavā dan saling bertukar sapa dengan Beliau. Ketika ramah-tamah ini berakhir, ia duduk di satu sisi dan mencari ketiga-puluh-dua tanda Manusia Luar Biasa pada tubuh Sang Bhagavā. Ia melihat, lebih kurang, ketiga-puluh-dua tanda Manusia Luar Biasa pada tubuh Sang Bhagavā, kecuali dua; ia ragu dan bimbang mengenai dua dari tanda-tanda tersebut, dan ia tidak dapat menentukan dan memutuskannya: mengenai organ kelamin yang terselubung lapisan penutup dan mengenai besarnya lidah.
Kemudian Sang Bhagavā berpikir: “Brahmana Sela ini melihat ketiga-puluh-dua tanda Manusia Luar Biasa pada tubuhKu, kecuali dua; ia ragu dan bimbang mengenai dua dari tanda-tanda tersebut, dan ia tidak dapat menentukan dan memutuskannya: mengenai organ kelamin yang terselubung lapisan penutup dan mengenai besarnya lidah.”
Kemudian Sang Bhagavā mengerahkan kekuatan batinNya sehingga Brahmana Sela melihat bahwa organ kelamin Sang Bhagavā terselubung lapisan penutup. Selanjutnya Sang Bhagavā menjulurkan lidahNya, dan Beliau berulang-ulang menyentuh kedua telingaNya dan kedua lubang hidungNya, dan Beliau menutupi seluruh keningNya dengan lidahNya.
Kemudian Brahmana Sela berpikir: “Petapa Gotama memiliki ketiga-puluh-dua tanda Manusia Luar Biasa; tanda-tanda itu lengkap, bukan tidak lengkap. Tetapi aku tidak tahu apakah Beliau adalah Buddha atau bukan. Akan tetapi, aku telah mendengar dari para sesepuh brahmana yang lanjut usia yang berbicara menurut silsilah para guru bahwa mereka yang adalah Para Sempurna, Para tercerahkan Sempurna, mengungkapkan diri mereka ketika puji-pujian diucapkan. Bagaimana jika aku memuji Petapa Gotama dengan syair-syair selayaknya.”
Kemudian ia memuji Sang Bhagavā dengan syair-syair selayaknya.
Sela
“O yang sempurna tubuhNya, menarik,
Indah dan menyenangkan dipandang;
O Sang Bhagavā, keemasan warna kulitMu,
Dan putih gigiMu; Engkau kuat.
Ciri-ciri yang terlihat seluruhnya
Yang membedakan seorang yang berkelahiran baik;
Semuanya terdapat pada tubuhMu,
Tanda-tanda ini mengungkapkan seorang Manusia Luar Biasa.
Dengan mata yang jernih, dengan wajah cerah,
Agung, tegak bagaikan kobaran api,
Di tengah-tengah sosok para petapa ini
Engkau bersinar bagaikan matahari yang menyala.
Seorang bhikkhu yang begitu indah dipandang
Dengan kulit yang berkilau keemasan—
Dengan ketampanan yang begitu jarang terdapat mengapa Engkau
Puas dengan kehidupan seorang petapa?
Engkau layak menjadi seorang raja, pemimpin barisan kereta,
Seorang raja yang memutar roda,
Seorang pemenang di empat penjuru
Dan pemimpin Hutan Pohon Jambu.
Dengan para prajurit dan para pangeran agung
Semuanya mengabdi padaMu,
O Gotama, Engkau seharusnya berkuasa
Sebagai pemimpin manusia, raja di atas segala raja.”
Buddha
“Aku memang adalah seorang raja, O Sela,”
Sang Bhagavā menjawab.
“Aku adalah raja Dhamma yang tertinggi;
Dengan Dhamma Aku memutar roda,
Roda yang tidak dapat dihentikan oleh siapapun.”
Sela
“Engkau mengaku tercerahkan sempurna,” Brahmana Sela berkata,
“Engkau mengatakan kepadaku, O Gotama,
‘Aku adalah raja Dhamma yang tertinggi;
Dengan Dhamma Aku memutar roda.’
Siapakah JenderalMu, siswaMu
Yang mengikuti dalam jalan Sang Guru?
Siapakah yang membantuMu memutar
Roda Dhamma yang Engkau putar?”
Buddha
“Roda yang Kuputar,”
Sang Bhagavā menjawab,
“Roda Dhamma tertinggi yang sama itu,
Sāriputta putera Sang Tathāgata
membantuKu memutar roda ini.
Apa yang harus diketahui telah diketahui secara langsung,
Apa yang harus dikembangkan telah dikembangkan,
Apa yang harus ditinggalkan telah ditinggalkan,
Oleh karena itu, Brahmana, Aku adalah seorang Buddha.
Maka singkirkanlah keragu-raguanmu padaKu
Dan biarkan tekad muncul,
Karena adalah sulit untuk menyaksikan
Pemandangan Para Yang Tercerahkan.
Aku adalah seorang yang kehadiranNya di dunia ini
Adalah sangat jarang terjadi,
Aku adalah Yang Tercerahkan Sempurna,
Aku, O Brahmana, adalah tabib tertinggi.
Aku adalah Yang Suci, tanpa tandingan,
Yang telah menggilas gerombolan Māra;
Setelah mengalahkan semua musuhKu,
Aku bergembira bebas dari ketakutan.”
Sela
“O Tuan-tuan, dengarkan ini, dengarkan apa yang Beliau katakan,
Orang berpenglihatan, sang tabib,
Pahlawan perkasa yang mengaum
Bagaikan singa di dalam hutan.
Siapakah, bahkan walaupun seorang yang berkelahiran hina,
Yang tidak mempercayaiNya ketika ia melihat
Bahwa Beliau adalah Yang Suci, tanpa tandingan,
Yang telah menggilas gerombolan Māra?
Sekarang silahkan mengikutiku bagi yang menginginkan
Dan yang tidak menginginkan, silahkan pergi.
Karena aku akan meninggalkan keduniawian di bawah Beliau,
Orang ini yang berkebijaksanaan mulia.”
Murid-murid
“Jika, O Tuan, sekarang engkau menyetujui
Ajaran dari Yang Tercerahkan ini,
Kami juga akan meninggalkan keduniawian di bawah Beliau,
Orang ini yang berkebijaksanaan mulia.”
Sela
“Ada tiga ratus brahmana di sini
Yang dengan tangan teracung memohon:
‘O semoga kami menjalani kehidupan suci
Di bawah Engkau, O Sang Bhagavā.’”
Buddha
“Kehidupan suci telah dinyatakan dengan sempurna,
O Sela,” Sang Bhagavā berkata,
“Terlihat di sini dan tidak tertunda;
Seorang yang berlatih dengan tekun
Akan memperoleh buah pelepasan keduniawian.”
Kemudian Brahmana Sela dan kelompoknya menerima pelepasan keduniawian di bawah Sang Bhagavā, dan mereka menerima penahbisan penuh.
Kemudian, ketika malam telah berlalu, si petapa berambut kusut Keṇiya mempersiapkan berbagai jenis makanan baik di pertapaannya dan mengumumkan waktunya kepada Sang Bhagavā: “Sudah waktunya, Guru Gotama, makanan sudah siap.” Kemudian, pada pagi harinya, Sang Bhagavā merapikan jubah, dan dengan membawa mangkuk dan jubah luarnya, Beliau pergi bersama dengan Sangha para bhikkhu menuju pertapaan si petapa berambut kusut Keṇiya dan duduk di tempat yang telah dipersiapkan. Kemudian, dengan kedua tangannya sendiri, si petapa berambut kusut melayani Sangha para bhikkhu yang dipimpin oleh Sang Bhagavā dengan berbagai jenis makanan baik. Ketika Sang Bhagavā telah selesai makan dan telah menggeser mangkukNya ke samping, si petapa berambut kusut mengambil bangku rendah dan duduk di satu sisi. Kemudian Sang Bhagavā memberikan pemberkahan kepadanya dengan syair ini:
“Persembahan yang terbakar adalah keagungan api,
Sāvitri adalah keagungan syair pujian Veda,
Seorang raja adalah keagungan manusia,
Samudera adalah keagungan sungai yang mengalir;
Bulan adalah keagungan bintang-bintang,
Matahari adalah keagungan dari segala yang bersinar;
Jasa adalah keagungan dari semua yang mengharapkannya;
Sangha adalah keagungan dari mereka yang memberi.”
Setelah Sang Bhagavā memberikan berkah dengan syair-syair ini, Beliau bangkit dari duduknya dan pergi.
Kemudian tidak lama setelah penahbisan penuh mereka, dengan berdiam sendirian, terasing, rajin, tekun, dan bersungguh-sungguh, Yang Mulia Sela dan kelompoknya, dengan menembusnya untuk diri mereka sendiri dengan pengetahuan langsung, di sini dan saat ini masuk dan berdiam dalam tujuan tertinggi kehidupan suci yang dicari oleh para anggota keluarga yang meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah. Mereka secara langsung mengetahui: “Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak akan ada lagi penjelmaan menjadi kondisi makhluk apapun.” Dan Yang Mulia Sela dan kelompoknya menjadi para Arahant.
Kemudian Yang Mulia Sela dan kelompoknya menghadap Sang Bhagavā. Setelah mengatur jubah atasnya di salah satu bahunya, dengan merangkapkan tangannya sebagai penghormatan kepada Sang Bhagavā, ia berkata dalam syair sebagai berikut:
“Delapan hari telah berlalu, Yang Maha-Melihat,
Sejak kami berlindung padaMu.
Dalam tujuh malam ini, O Sang Bhagavā,
Kami telah dijinakkan di dalam ajaranMu.
Engkau adalah Sang Buddha, Engkau adalah Sang Guru,
Engkau adalah Sang Bijaksana, penakluk Māra.
Setelah memotong segala kecenderungan buruk,
Engkau telah menyeberang dan menuntun umat manusia menyeberang.
Engkau telah mengatasi segala perolehan,
Engkau telah melenyapkan segala noda.
Engkau adalah singa yang bebas dari kemelekatan,
Engkau telah meninggalkan ketakutan dan kekhawatiran.
Di sini ketiga-ratus bhikkhu ini berdiri
Dengan tangan dirangkapkan dalam penghormatan.
O Pahlawan, julurkanlah kakiMu,
Dan ijinkan makhluk-makhluk agung ini menyembah Sang Guru.”
Brahmana Sela beserta 300 muridnya masuk menjadi anggota Sangha dan menjadi Arahanta pada malam ke 7....Sādhu... Sādhu... Sādhu.....