Bangun Tidur

Bangun Tidur

Bhante tersebut memulai dengan pertanyaan :

“Setelah bangun tidur di pagi hari, apa yang anda lakukan ?”

Si Ibu menjawab :   “Ke toilet untk buang air dan mencuci muka”

Bhante R bertanya lagi :   “Setelah mencuci muka apa yang anda lakukan?”

Si Ibu menjawab :   “menyiapkan sarapan pagi”,   (untuk selanjutnya merupakan tanya jawab antara Bhante R dan Ibu dari Bhante K :   “Setelah menyiapkan sarapan apa yang anda lakukan?”   “pergi keladang ”, dst..   (aktifitas rutin tiap hari hingga malam, sampai waktu tidur lagi)   “Kemudian setelah tidur, anda bangun kembali di pagi hari, apa yang anda lakukan?   (jawaban sama seperti di atas), dst..

Intinya Bhante R ingin menunjukkan kegiatan rutin orang-orang pada umumnya adalah sama setiap harinya. Mereka selalu berputar dalam kegiatan yang sama berulang-ulang.

Untuk pemahaman yang lebih jauh, pada umumnya mahluk-mahluk selalu berputar dalam lingkaran kehidupan yang sama berulang-ulang, tanpa mau berubah untuk terlepas dari ikatan lingkaran tersebut. Namun beliau menyampaikannya dengan cara yang sangat sederhana.  

Kemudian beliau berkata kepada Ibu tersebut :   “Pernahkah anda merenungkan jasa baik/kebajikan apa yang sudah anda lakukan di dalam rutinitas anda setiap harinya?”  

Kemudian Bhante R memberi contoh sederhana :   “Misalnya, jika anda makan nasi, kemudian ada sedikit lebih tersisa, anda bisa berikan kepada semut-semut atau binatang-binatang kecil lainnya. Dengan cara seperti ini, anda sudah melaksanakan Dāna.”  

Referensi :

Majjhima Nikāya III.iv.12 (142) ‘Dakkhiṇāvibhanga Sutta’ [Penjelasan tentang Persembahan (Dāna)]   Sang Buddha menjelaskan kepada Yang Mulia Ananda :   “Di sini, Ānanda, dengan berdāna (Jika si pemberi memenuhi faktor superior) kepada seekor binatang, maka Dāna itu akan menghasilkan seratus kali lipat.   [Majjhima Aṭṭhakathā : Dalam seratus kehidupan hal ini menghasilkan umur panjang (āyu), kecantikan (vaņņo), kebahagiaan (sukhaṁ), kekuatan (balaṁ), dan kecerdasan (paṭibhānaṃ).   Pencapaian-pencapaian selanjutnya dapat dipahami dengan cara yang sama.]   Dengan berdāna kepada seorang biasa yang tidak bermoral, maka Dāna itu akan menghasilkan seribu kali lipat.   Dengan berdāna kepada seorang biasa yang bermoral, maka Dāna itu akan menghasilkan seratus ribu kali lipat.   Dengan berdāna kepada seseorang di luar [Sasana] yang bebas dari nafsu akan kenikmatan indria (mencapai Lokiya Jhāna), maka Dāna itu akan menghasilkan seratus ribu kali seratus ribu kali lipat.   Dengan berdāna kepada seorang yang berlatih untuk mencapai buah pemasuk-arus, maka Dāna itu akan menghasilkan buah yang tidak terhitung, tak ternilai. Apa lagi berDāna kepada seorang pemasuk-arus (Sotāpanna)?   Apa lagi berDāna kepada seorang yang berlatih untuk mencapai buahyang-kembali-sekali … kepada yang-kembali-sekali (Sakadāgāmi) … kepada seorang yang berlatih untuk mencapai buah yang tidak-kembali … kepada seorang yang-tidak-kembali (Anāgāmi) … kepada seorang yang berlatih untuk mencapai buah   Kearahataan … kepada seorang Arahat … kepada seorang Paccekabuddha?

Apa lagi berDāna kepada seorang Tathāgata, yang terbebas dari semua kekotoran batin dan tercerahkan sempurna?”

Selanjutnya Sang Buddha berkata di bagian syair lainnya:   “Bahkan meskipun begitu, Aku katakan, suatu Dāna yang diberikan kepada Sangha adalah tidak terhitung, tak ternilai hasilnya. Dan Aku katakan bahwa tidak mungkin suatu Dāna yang diberikan kepada seorang individu akan lebih berbuah daripada Dāna yang diberikan kepada Sangha.”  

Kemudian Bhante R memberikan contoh berikutnya :   “Jika anda melihat nyamuk, atau binatang lainnya, dan anda berusaha untuk tidak membunuhnya, berarti anda sudah melaksanakan sila.”   [Ini, hanya salah satu contoh dari 5 sila yang biasa dijalani oleh umat awam]

  Referensi :   Aṅguttara Nikāya X.I.i.1 ‘Kimatthiya Sutta’ [Sutta tentang Manfaat/tujuan (perilaku bermoral)]

Sang Buddha menjelaskan kepada Yang Mulia Ananda :

“Demikianlah, Ananda, perilaku bermoral memberikan tidak adanya penyesalan (Avippaṭisāra) sebagai manfaat dan perolehannya; tidak adanya penyesalan memberikan kegembiraan (Pāmojja) sebagai manfaat dan perolehannya; kegembiraan memberikan sukacita (Pīti) sebagai manfaat danperolehannya; sukacita memberikan ketenangan (Passaddhi) sebagai manfaat dan perolehannya; ketenangan memberikan kebahagiaan (Sukha) sebagai manfaat dan perolehannya; kebahagiaan memberikan konsentrasi (Samādhi [Upacara/Appanā Samādhi) sebagai manfaat dan perolehannya; konsentrasi memberikan pengetahuan dan pandangan akan hal-hal seperti apa adanya (Yathābhūtañāṇadassana [pengetahuan vipassanā]) sebagai manfaat dan perolehannya; pengetahuan dan pandangan akan hal-hal seperti apa adanya memberikan ketidak-minatan (Nibbidā) dan hilangnya nafsu (Virago[Arahata Magga]) sebagai manfaat dan perolehannya; ketidak-minatan dan hilangnya nafsu memberikan pembebasan (Vimutti [Arahatta Phala]) dengan mengetahui dan melihat (Ñāṇadassana [Pengetahuan peninjauan kembali]) sebagai manfaat dan perolehannya.

Dengan demikian Ananda, perilaku bermoral membawa kita tahap demi tahap menuju yang tertinggi.”

Selanjutnya Bhante R memberikan contoh ke tiga

“Jika anda berusaha mengalihkan pikiran-pikiran tidak baik, dan mengkonsentrasikan pikiran pada napas-masuk, dan napas-keluar, berarti anda sudah bisa disebut berlatih meditasi.”  

Referensi :

Saṁyutta Nikāya III.I.i.5 ‘Samādhi Sutta’ (Sutta tentang Konsentrasi)

Sang Buddha mengatakan :

“Para bhikkhu, kembangkanlah konsentrasi [Samādhi].

Seorang bhikkhu yang terkonsentrasi akan memahami hal-hal sebagaimana adanya.

Dan apakah yang ia pahami sebagaimana adanya? Asal-mula dan lenyapnya materialitas [Rūpa];

Asal-mula dan lenyapnya perasaan [Vedanā];

Asal-mula dan lenyapnya persepsi [Sañña];

Asal-mula dan lenyapnya formasi kehendak [Saṅkhārā];

Asal-mula dan lenyapnya kesadaran [Viññāṇa].

Materialitas, perasaan, persepsi, formasi kehendak, dan kesadaran = 5 Khandha = Dukkha Sacca

Asal mula = Paṭicca Samuppāda = Samudaya Sacca

Lenyapnya = Parinibbāna = Nirodha Sacca

Jalan untuk mencapai Nirodha Sacca = 8 Faktor Magga = Magga Sacca

Demikian Bhante R memberi contoh-contoh sederhana yang bisa sedikit menggambarkan bagaimana melaksanakan Dāna, Sīla, Bhāvanā di setiap rutinitas orang-orang pada umumnya. Karena ketiga hal ini merupakan modal penting bagi siapa saja yang ingin terbebas dari lingkaran kehidupan yang terus berulang.

Selanjutnya Bhante R berkata :

“Sang Buddha membandingkan tanah di kuku jarinya untuk mahluk-mahluk yang mau melaksanakan kebajikan, sementara tanah di bumi ini untuk mahluk-mahluk yang tidak mau melaksanakan kebajikan.

Sebagai contoh, sekarang dari semua penduduk di desa anda, berapa orang yang datang ke sini?, kemudian jika dibandingkan seluruh penduduk di kota ini berapa banyak orang mau berlatih meditasi di sini?, kemudian jika di bandingkan seluruh penduduk di Myanmar…, di bandingkan seluruh penduduk di dunia, dst.., demikian anda bisa membayangkan sangatlah sedikit orang yang mau melaksanakan Dāna, Sīla, Bhāvanā.”

Referensi :

Di dalam Saṁyutta Nikāya V, bisa anda temukan di beberapa Sutta dalam Saccasaṁyutta,

Sang Buddha membandingkan tanah di kuku jarinya, dan tanah di bumiraya ini untuk menggambarkan betapa sangat sedikit mahluk yang terlahir sebagai manusia,

betapa sangat sedikit mahluk yang mau melaksanakan kebajikan (Dāna, Sīla, Bhāvanā), dan

betapa sangat sedikit mahluk yang mencapai tingkat kesucian Ariya, jika dibandingkan semua mahluk yang berada di seluruh alam semesta.

Maka beruntunglah anda sudah terlahir sebagai manusia,

beruntunglah anda di kehidupan ini masih dapat mengenal ajaran Sang Buddha,

betapa beruntungnya anda jika anda mau melaksanakan kebajikan (Dāna, Sīla, Bhāvanā) sesuai dengan ajaran Sang Buddha, dan

betapa akan sangat sangat sangat beruntungnya anda, jika anda mau dan mampu untuk merealisasi Dhamma sejati melalui pengetahuan langsung sampai mencapai tingkat kesucian Sotāpanna, Sakadāgāmi, Anāgāmi, dan Arahat.

Sebagai tambahan, di dalam

Dhamma-Saṅgaṇi Aṭṭhakathā i.156-9 ‘Puñña Kiriya Vatth-Ādi-Kathā’ E212

[Diskusi tentang Landasan Perbuatan Bajik (Puñña Kiriya Vatthu)]

3 Landasan perbuatan bajik (Dāna, Sīla, Bhāvanā) diperluas menjadi 10 Landasan perbuatan bajik yaitu:

1. Dāna = Memberi, Kedermawanan atau Kemurahan Hati .

2. Sīla = Moralitas, melaksanakan Panca Sila, Delapan Sila, Sepuluh Sila , dst..

3. Bhāvanā = Meditasi.

4. Apaciti = Penghormatan kepada yang layak di hormati (Buddha, Dhamma, Sangha, guru, orang tua, orang yang lebih tua dan pemimpin {organisasi, daerah, dll}).

5. Veyyāvacca = Melayani atau menjadi sukalrelawan dalam perbuatan-perbuatan2 yang bermanfaat.

6. Pattānuppadāna = Melimpahkan jasa-jasa kebaikan.

7. Abbhanumodāna = Turut bergembira pada jasa-jasa baik orang lain.

8. Dhamma-savana = Mendengarkan/mempelajari Dhamma.

9. Dhamma-desanā – Memberi ceramah Dhamma, menjelaskan arti kitab komentar, mengajar Tipitaka teks Pāļi, menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan Dhamma, dan mengajarkan latihan meditasi yang menuju pencapaian Nibbāna semua termasuk dalam kategori ini.

10. Diṭṭhijukamma -- Meluruskan pandangan salah seseorang.  

Jika di simpulkan Puñña Kiriya Vatthu diatas menjadi Tiga Grup:

1. Grup Dāna = Dāna, Pattānuppadāna, Abbhanumodāna

2. Grup Sīla = Sila, Apaciti, Veyyāvacca.

3. Grup Bhāvanā -- Bhāvanā, Dhamma-savana, Dhamma-desanā, Diṭṭhijukamma.  

Note :

Saya pilih judul ‘bangun pagi’, salah satu alasannya adalah karena di dalam

Aṅguttara Nikāya III.III.v.10 ‘Pubbaņha Suttaṁ’ (Sutta ‘Pagi’)

Sang Buddha menjelaskan bahwa siapapun yang melalukan perilaku bajik (sucaritaṃ caranti) lewat tubuh, ucapan, dan pikiran sepanjang pagi hari, sepanjang siang hari, dan sepanjang malam hari, maka pagi, siang dan malam hari mereka menjadi baik. Artinya berkah, keberuntungan, dll, akan menjadi baik/bagus sekali (su): moment-moment berharga (su-khaņo), dan saat-saat yang menggembirakan (su-muhutto) akan menjadi milik mereka.

  Demikianlah, semoga bermanfaat bagi semuanya..

Semoga semuanya dapat merealisasi Dhamma sesuai dengan kammanya masing-masing..

Idaṁ me puññaṁ āsavakkhayā’vahaṁ hotu.

Idaṁ me puññaṁ Nibbānassa paccayo hotu.

Mama puññabhāgaṁ sabbasattanaṁ bhājemi;

Te sabbe me samaṁ puññabhāgaṁ labhantu.

  Referensi buku : ‘The Workings of Kamma’ oleh Yang Mulia Pa-Auk Tawya Sayadaw

 
Tipitaka teks Pāļi dan Komentar.