Renungan Dhamma

Renungan Dhamma:

Memang, untuk dapat memiliki kebijaksanaan (Dhamma), apalagi untuk merealisasi Nibbana (Kebahagiaan Sejati/Kebebasan Mutlak), seseorang haruslah melewati jalan/tahapan Samadhi/ Meditasi.
Namun, diakui bahwa tidak semua orang berbakat untuk meditasi, tidak semua orang tertarik, dan mampu untuk bermeditasi. Apakah sebabnya? Ada beberapa alasan/ sebab mengapa demikian, yakni:
1. Mereka tidak mengetahui manfaat dan tujuan dari meditasi. Juga tidak tahu apa dan bagaimana meditasi itu.
2. Mereka tidak menemukan pembimbing atau guru yang tepat.
3. Mereka tidak punya cukup timbunan Kebajikan (Parami).
4. Mereka tinggal di tempat yang tidak sesuai, dan tidak pernah mendengar & mengetahui tentang meditasi.
5. Mereka punya batin terlalu kacau. Atau mereka yang terlahir dengan cacat mental, atau cacat fisik potensial.
6. Mereka terlalu banyak mempunyai karma buruk, atau pernah melakukan karma buruk berat.

Untuk poin 1 dan 2, harapan masih terbuka lebar. Untuk poin 3, mereka masih bisa mengusahakannya; yaitu sekarang banyak-banyak melakukan kebajikan atau perbuatan baik/berjasa, serta hindari perbuatan jahat. Untuk poin 4, kalau memungkinkan, mereka bisa pindah ke tempat tinggal (daerah) yang sesuai. Untuk poin 5 dan 6, yang paling penting dan minimal harus mereka lakukan adalah jangan sampai melakukan perbuatan jahat atau menambah perbuatan jahatnya.

Dijelaskan pula, ada kategori orang yang bisa sukses bermeditasi hingga mencapai hasil-hasil yang diharapkan di dalam kehidupannya yang sekarang ini juga. Katagori orang sedemikian adalah orang yang terlahir dengan 3 akar kebajikan (yang disebut Tihetuka Puggala), yaitu akar-akar kebajikan: Tanpa-Keserakahan (alobha), Tanpa-Kebencian (adosa), dan Tanpa-Kebodohan (amoha). Orang Tihetuka ini, apabila tekun berlatih meditasi Vipassana, ia akan bisa berhasil merealisasi tingkat-tingkat Kesucian, bahkan Nibbana.
Jenis kategori kedua, yaitu orang yang terlahir dengan 2 akar kebajikan (dwi-hetuka puggala) yaitu dengan akar kebajikan: Tanpa-Keserakahan (alobha) dan Tanpa-Kebencian (adosa). Jadi Moha (kebodohan) nya masih tebal. Orang jenis/kategori ini, meskipun ia mampu bermeditasi dengan baik, namun ia tidak akan berhasil mencapai hasil/ tujuan yang tertinggi dalam kehidupannya yang sekarang ini. Ia masih harus banyak-banyak memupuk kebajikan, mengikis kilesa-kilesa, dan bertekad agar pada kehidupannya yang akan datang, kebajikannya menjadi matang, sehingga ia mampu menembus Dhamma tertinggi.
Kategori yang ketiga, orang yang terlahir dengan Tanpa Akar Kebajikan, artinya ia terlahir dengan akar-akar kejahatan saja, yaitu akar-akar kejahatan: lobha, dosa dan moha. Jenis orang sedemikian, tidak akan mampu mengerti Dhamma, apalagi bermeditasi dan mencapai hasil-hasilnya. Jenis dari orang-orang yang terlahir dengan tanpa akar kebajikan, contohnya adalah orang-orang dengan kelainan jiwa, idiot, gila, lumpuh syaraf, buta, tuli, bisu serta cacat-cacat lainnya.
Kebanyakan dari kita sekarang adalah orang-orang dengan kategori Dwi Hetuka Puggala (yaitu orang-orang dengan dua akar kebajikan). Jadi masih punya harapan dan kesempatan besar untuk belajar dan berlatih Dhamma. Kalau seandainya ia tidak mampu bermeditasi, maka masih ada hal-hal (perbuatan-perbuatan baik lainnya) yang bisa dilakukannya, yaitu:
- Berdana (bisa dilakukan dengan memberi materi/uang, tenaga, waktu, atau pikiran).
- Membantu pekerjaan ayah dan ibu, termasuk juga merawat ayah dan ibu.
- Melakukan pekerjaan/tugas dengan tidak terbengkalai.
- Berkarya dengan tanpa cela.
- Bersemangat.
- Bersikap rendah hati, ramah, sopan.
- Sabar.
- Menghormati mereka yang patut dihormati, atau kepada orang-orang yang lebih tua/ senior.
- Mempelajari Dhamma.
- Berdiskusi Dhamma (bertanya tentang Dhamma).
- Menjalankan sila/latihan kemoralan dan lain-lain.
Dengan demikian, masih banyak hal bermanfaat yang bisa dilakukan.

Dan, yang perlu sekali saya tekankan, bagi mereka yang terlahir dengan Tiga Akar Kebajikan alias merupakan Tihetuka Puggala, yang pada umumnya tidak disadarinya, dimana jenis orang ini adalah amat sangat langka, maka sungguh sangat disayangkan kalau sampai mereka melewatkan atau menyia-nyiakan potensi hebat yang dimilikinya. Mereka semestinya sesegera mungkin berlatih meditasi, mempelajari Dhamma, hingga memiliki pengertian yang benar.
Ada sedikit petunjuk untuk ciri-ciri dari orang Tihetuka Puggala:
Ia cerdas, tidak sombong, sederhana, rendah hati, tidak banyak keinginan, sabar, lembut, baik hati.
Nah, apakah Anda termasuk orang-orang dengan kategori Tihetuka Puggala, ataukah Dwi Hetuka saja? Apapun itu, segeralah berlatih dan memupuk Parami!

(Ariyadari).