SEMUA ITU TERGANTUNG DENGAN PERBUATAN KITA SENDIRI
SEMUA ITU TERGANTUNG DENGAN PERBUATAN KITA SENDIRI
Semua perbuatan itu akan dipetik sendiri oleh si pembuatnya, bukan orang lain. Baik itu perbuatan yang buruk ataupun yang baik. Saudara gagal, Saudara kecewa, Saudara jatuh bangkrut, rintangan, persoalan...... semuanya ini adalah akibat perbuatan Saudara. demikian juga sukses, bahgaia, naik kelas, lulus, dapat pekerjaan yang baru, kedudukan yang baru.....semuanya ini juga akibat perbuatan dari Saudara.
Kehidupan ini bukan hanya dengan untung-untungan, Saudara.......seperti orang main dadu. Kehidupan ini adalah perbuatan kita masing-masing. Saudara akan sukses, Saudara akan berhasil baik, memang itu tujuan Saudara. Tetapi jangan lupa, berusahalah Saudara, tanpa usaha tidak mungkin cita-cita Saudara dapat terwujud. Sembahyang perlu, berdoa perlu bukan tidak perlu, tetapi sembahyang dan doa ini hanya bertujuan memperkuat keyakinan kita, memperkuat iman semangat kita. Bukan berarti hanya dengan doa dan sembahyang semuanya tercapai begitu saja, bukan berarti hanya dengan doa dan sembahyang kemudian kekayaan jatuh dari langit begitu saja....tidak mungkin !
Dengan hadir pada kebaktian, mengikuti upacara-upacara keagamaan , sesungguhnya kita berusaha untuk memperkuat keyakinan kita. Jangan sampai keyakinan kita luntur, keyakinan untuk berjuang, berusaha bekerja mencapai cita-cita kita......jangan Saudara berharap hanya dengan meminta segala-galanya akan terkabul.
Dijaman kehidupan Sang Buddha, waktu itu di India hampir semua agama dikatakan agama Brahma. Masyarakat India waktu itu memuja bermacam-macam dewa-dewi, apakah Sang Buddha kemudian menentang ajaran dewa-dewi tiu? Tidak. Sang Buddha mengatakan dewa-dewi itu benar-benar ada, bukannya tidak ada, hanya dewa-dewi itu juga tidak kekal, mereka lahir sebagai dewa tetapi suatu saat mereka juga akan mati, karena tidak ada kelahiran yang tidak berakhir dengan kematian, yang namanya lahir pasti akan mati akhirnya, tidak ada lahir yang sonder (tanpa) mati. Justru Sang Buddha mengajarkan hukum karma bahwa "siapa berbuat, siapa yang berusaha dia akan mencapai'.....tanpa usaha jangan harap Saudara akan mencapai.
Suatu ajaran yang asing, suatu ajaran yang sulit diterima oleh masyarakat waktu itu, suatu ajaran yang keras, suatu ajaran yang tidak menina-bobokan, suatu ajaran yang tidak bisa memberikan iming-iming. Iming-iming itu seperti berikut, "Kalau nanti kamu bisa menyelesaikan pekerjaan ini dalam sehari nanti akan mendapatkan bonus".
Tapi pada saat pekerjaannya selesai bonusannya tidak ada....Itu iming-iming. Ajaran hukum karma bukan suatu ajaran yang memberikan iming-iming. Memang bagi sementara orang susah menerima ajaran hukum karma ini, oleh karena ajaran hukum karma ini mengajak kita berpikir dewasa.... Ayo berusaha, ayo berbuat, tanpa berusaha dan tanpa berbuat, jangan harap engkau bisa memetik tanaman yang di tanam orang lain.
Sang Buddha menjelaskan...Saudara mempunyai kedudukan, dihargai, dihormati, semua karena akibat perbuatan Saudara. Demikian pula sebaliknya.... Dicela, dihina, dimaki-maki juga akibat perbuatan Saudara, jangan menyalahkan Tuhan. Orang yang mengerti hukum karma tidak akan menyalahkan Tuhan atau siapa pun, oleh karena suka dan duka, jatuh bangun adalah akibat dari perbuatannya sendiri. Saudara ingin kaya, Saudara ingin mencapai kesucian, semuanya itu tergantung dari perbuatan Saudara.
Semoga Semua Sehat Dan Berbahagia Selalu
Bhante Pannavaro Mahathera