ALAM-ALAM KEHIDUPAN

ALAM-ALAM KEHIDUPAN

Menurut pandangan Agama Buddha, bumi kita ini hanya merupakan salah satu titik kecil saja di alam semesta, dan bumi bukan merupakan satu-satunya tempat kehidupan makhluk. Juga bukan hanya manusia dan binatang yang merupakan makhluk yang hidup di bumi ini. Jumlah bumi di alam semesta ini banyak sekali dan begitu pula dengan makhluk hidup. Kelahiran dapat terjadi di alam yang lain. Ada 31 alam kehidupan yang dapat menjadi tempat kelahiran (kembali) makhluk berdasarkan pada karma baik atau buruk dari makhluk yang bersangkutan (lihat tabel).

Ada empat Alam Tak Menyenangkan (Duggati) yaitu:
1. Niraya (ni+aya: tanpa kebahagiaan) —Alam menyedihkan, tempat makhluk-makhluk menerima dan mengalami hasil dari perbuatan karma buruk.
Niraya terkenal juga sebagai neraka, tetapi bukan merupakan neraka yang kekal bagi makhluk. Setelah kekuatan karma buruknya melemah maka makhluk itu dapat terlahir kembali di alam yang lebih baik atau menyenangkan sebagai akibat karma baik mereka yang lampau.

2. Tiracchana-yoni —yaitu alam binatang, makhluk yang terlahir menjadi binatang karena adanya karma buruk.
Binatang dapat terlahir kembali di alam manusia sebagai manusia karena hasil dari karma baiknya yang lampau maupun sekarang. Walaupun hidup sebagai binatang, ada binatang-binatang tertentu (anjing, kucing dan lain-lain) yang hidup lebih baik daripada manusia. Kehidupan yang baik dari binatang tersebut karena hasil dari karma baiknya yang lampau.

3. Peta —yaitu makhluk yang tak merasakan kesenangan.
Makhluk-makhluk di alam peta ini dikenal sebagai setan atau "hantu".
Peta merupakan makhluk-makhluk yang berbentuk tak sempurna, dan berbeda-beda bentuk. Dalam Anguttara Nikaya II disebutkan bahwa ada tukang jagal yang terlahir menjadi Peta.
Ada empat macam Peta yaitu:
a. Vantasika, peta yang hidup dari muntah.
b. Khuppipasika, peta yang selalu lapar dan haus.
c. Nijjhamatanhika, peta yang selalu haus
d. Paradattupajivika, peta yang hidup berdasarkan dana dari orang lain.
Paradattupajivika peta yang disebutkan dalam Tirokkuda Sutta, adalah peta yang bila mendapat "pembagian" atau "kiriman jasa" dari keluarganya yang masih hidup, maka ia dapat tertolong dan akibatnya ia dapat terlahir kembali di alam yang lebih baik atau menyenangkan. Tetapi sesungguhnya tidak ada pembagian, pelimpahan atau kiriman jasa kepada mereka. Mereka tertolong karena mereka melihat keluarga mereka berbuat kebaikan atas nama mereka. Ketika mereka melihat perbuatan baik dari keluarga mereka itu, yang dilakukan atas nama mereka, mereka menjadi senang dan turut bergembira (mudita citta) dengan perbuatan baik itu. Karena ia memunculkan pikiran baik (mudita citta) pada dirinya sendiri, maka secara langsung ia telah berbuat karma baik melalui batinnya sendiri. Karma baik inilah yang menolong peta tersebut, yaitu karma baik yang dibuatnya sendiri.

4. Asura.
Alam tempat setan Asura. Asura, secara harfiah, berarti makhluk yang bersinar. Asura merupakan makhluk yang tak bahagia seperti peta.

Tujuh Alam Menyenangkan (Suggati) yaitu:
1. Manussa —Alam Manusia.
Alam manusia merupakan alam campuran antara menyenangkan dan menyedihkan. Para Bodhisattva memilih Alam Manusia sebagai alam yang tepat untuk melayani dunia dan untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha. Para Buddha selalu lahir sebagai manusia.

2. Catummaharajika —Alam Dewa Empat Penjuru.
Alam ini merupakan alam kehidupan dari para dewa pelindung di empat penjuru bersama para pengikut mereka. Dewa pohon, dewa bumi, dewa angkasa, dan lain-lain termasuk dalam alam dewa ini.

3. Tavatimsa —Alam Surga dari Tiga Puluh Tiga Dewa, alam dari Raja Dewa Sakka.
Dalam alam surga ini Sang Buddha mengajarkan Abhidhamma kepada para dewa selama tiga bulan.

4. Yama —Alam surga pada Dewa Yama.

5. Tusita —Alam Surga Menyenangkan.
Biasanya pada Bodhisattva yang hampir sempurna paramita mereka hidup di alam surga ini. Alam surga ini merupakan alam terakhir bagi Bodhisattva sebelum terlahir di alam manusia sebagai manusia untuk menjadi Samma Sambuddha.
Ratu Mayadevi, tujuh hari setelah melahirkan Pangeran Siddharta, meninggal dunia dan terlahir di alam ini. Dari alam ini beliau ke alam Surga Tavatimsa untuk mendengar abhidhamma yang diajarkan Sang Buddha.

6. Nimmanarati —Alam surga dari para dewa yang menikmati kesenangan istana-istana yang diciptakan mereka.

7. Paranimmitavasavatti —Alam surga dari dewa yang menikmati ciptaan-ciptaan para dewa lain. Kehidupan para dewa di alam ini bagaikan orang yang selalu diundang ke pesta yang besar, meriah dan mewah.
Alam-alam, yaitu alam Catummaharajika, Tavatimsa, Yama, Tusita, Nimmanarati dan Paranimmitavasavatti merupakan alam surga dari para dewa yang tubuh fisik mereka adalah lebih halus dan lebih bersih daripada tubuh manusia. Tubuh para dewa tak dapat dilihat oleh mata fisik manusia biasa. Makhluk di alam-alam surga ini pada suatu saat akan meninggal atau lenyap dari alamnya masing-masing dan terlahir kembali di alam lain sesuai dengan karma yang masih mereka miliki. Walaupun kehidupan para dewa di alam surga lebih menyenangkan atau melebihi kehidupan manusia, namun kesucian dan kebijaksanaan belum tentu melampaui kesucian dan kebijaksanaan manusia.
Makhluk-makhluk yang terlahir di alam ini berdasarkan karma baik mereka seperti melaksanakan dana, sila dan perbuatan karma baik lain. Tapi bila karma baik mereka telah habis dan tak sempat mengembangkan batin dengan belajar dan melaksanakan dharma, maka para dewa akan menemui ajal dan terlahir kembali di alam dewa yang lebih rendah atau di alam manusia.
Empat Alam Tak Menyenangkan (Duggati) dan tujuh Alam Menyenangkan (Suggati) diklasifikasikan sebagai Alam Nafsu (Kamaloka) karena dalam sebelas alam ini, nafsu keinginan sangat kuat.
Lebih tinggi dari Alam Nafsu (kamaloka) adalah alam-alam Brahma atau Rupa-Loka (Alam Bentuk) dimana makhluk-makhluk menikmati kesenangan Jhana yang dihasilkan oleh meditasi. Makhluk-makhluk di alam-alam ini tak memiliki nafsu indera dan mereka pun tak memiliki kelamin.

Rupaloka terdiri dari 16 alam dibagi sesuai dengan tingkat Jhana yang dicapai. Alam-alam itu adalah:
a. Alam Jhana Pertama
1. Brahma Parisajja —Alam Pengikut Brahma.
2. Brahma Purohita —Alam Para Menteri Brahma.
3. Maha Brahma —Alam Maha Brahma.
Alam-alam ini dicapai oleh seorang apabila ia meninggal pada saat berada dalam meditasi dan mencapai Jhana I. Jika Jhana I kuat sekali maka ia terlahir di alam Maha Brahma; sedang terlahir di alam Brahma Purohita; dan agak lemah terlahir di alam Brahma Parisajja. Dari ketiga alam Jhana I ini, Maha Brahma melebihi kedua alam lain dalam hal: kebahagiaan, keindahan dan batas manusia.
b. Alam Jhana Kedua
4. Parittabha —Alam Brahma Cahaya Kecil.
5. Appamanaha —Alam Brahma Cahaya Tanpa Batas.
6. Abhassara —Alam Brahma Gemerlapan.
Perbedaan kelahiran dari orang yang telah mencapai Jhana II tergantung pada kekuatan Jhana II.
c. Alam Jhana Ketiga
7. Parittasubha —Alam Brahma Aura Kecil.
8. Appamansubha —Alam Brahma Aura Tanpa Batas.
9. Subhakinha —Alam Brahma Aura Tetap.
Kelahiran di alam-alam ini tergantung pada kekuatan Jhana III.
d. Alam Jhana Keempat
10. Vehappala —Alam Brahma Pahala Besar.
11. Asannasatta —Alam Brahma Tanpa Pikiran.
Dikatakan bahwa bila pada makhluk Asannasatta muncul pikiran maka ia lenyap dari alam ini dan terlahir di alam lain.
Lima alam berikut ini disebut alam Suddhavasa atau Alam Kediaman Suci, yaitu:
12 Aviha
13. Atappa
14. Sudassa
15. Sudassi
16. Akanittha

Makhluk yang dapat terlahir di lima alam Suddhavasa ini hanya para Anagami; yaitu para Anagami yang tak melaksanakan meditasi atau yang meninggal pada saat berada dalam Jhana I, II, III atau IV. Jika Anagami berada dalam Jhana maka ia akan terlahir di alam sesuai dengan Jhana yang dicapainya. Orang biasa, Sotapanna maupun Sakadagami yang telah mencapai Jhana IV tidak dapat terlahir kembali di salah satu alam Suddhavasa ini, kecuali di alam Vehapphapala dan Assannasatta. Anagami yang mencapai Jhana IV dan meninggal pada saat berada dalam Jhana IV akan terlahir kembali di alam Vehapphala, tetapi tidak di alam Assannasatta.
Di samping Alam Bentuk (Rupaloka) ada Alam Tanpa Bentuk (Arupaloka). Alam Arupa adalah alam tanpa jasmani. Dalam Arupaloka tidak ada kelamin. Alam ini dicapai setelah orang sukses dengan meditasi dan mencapai Arupajhana. Arupaloka terdiri dari empat alam yaitu:
1. Akasanancayata —Alam Ruang Tanpa Batas.
2. Vinnanan cayatana —Alam Kesadaran Tanpa Batas.
3. Akincanacayatana —Alam Kekosongan.
4. N'eva Sanna Na sannayatana —Alam Bukan Ide Maupun Bukan Ide.

Makhluk-makhluk yang belum melenyapkan semua kekotoran batinnya akan terlahir kembali di salah satu dari 31 alam berdasarkan pada perbuatannya. Bagi para Arahat atau Buddha yang telah melenyapkan semua kekotoran batin, bila mereka meninggal dunia (parinibbana) tidak akan terlahir kembali di salah satu 31 alam. Ketika para arahat dan Buddha meninggal, mereka parinibbana atau meninggal secara total.

~ Oleh : Cornelis Wowor, M.A.