MENGHORMAT BHIKKHU | Pertanyaan dan Jawaban ~ YM Bhikkhu Uttamo

MENGHORMAT BHIKKHU | Pertanyaan dan Jawaban ~ YM Bhikkhu Uttamo
Bhante,
1. Apakah semua bhikkhu pantas menerima penghormatan dan pemberian dari umatnya ?
2. Apa yang menjadi ukuran seseorang itu dikatakan sebagai seorang bhikkhu ?
3. Bagaimana kita membedakan antara bhikkhu yang menjalankan sila dengan baik, menjalankan sila dengan kurang baik, menjalankan sila dengan terlalu ekstrim ?
4. Apakah seorang umat awam pantas menilai bhikkhu dari cara beliau melakukan sesuatu ?
5. Apakah seorang awam boleh menegur dan mempertanyakan kepada bhikkhu tentang perilaku mereka (para bhikkhu) ?
Terima kasih atas jawabannya.
Jawaban:
1. Dalam tradisi Buddhis, semua bhikkhu memang berhak mendapatkan penghormatan dan pemberian dari para umat. Para bhikkhu menjadi tempat untuk para umat melakukan kebajikan. Memang, tidak dapat disangkal bahwa ada sebagian umat yang tidak ingin memberikan penghormatan maupun pemberian kepada bhikkhu yang dianggapnya kurang baik. Dalam hal ini, umat tersebut telah kehilangan kesempatan untuk berbuat baik, namun ia tidak melakukan kamma buruk.
2. Seseorang dapat disebut sebagai 'bhikkhu', paling tidak karena ada dua hal:
Pertama, ia adalah pria yang telah menerima penabhisan sesuai dengan peraturan yang terdapat dalam Tipitaka. Di sini, istilah 'bhikkhu' menjadi semacam gelar atau jabatan, tidak menunjuk pada perbuatan tertentu.
Kedua, istilah ini menunjuk perilaku yang sesuai untuk dilakukan oleh seseorang. Pengertian ini terdapat dalam Bhikkhu Vagga, Dhammapada XXV, 3 yang menyebutkan:
Seseorang yang mengendalikan tangan dan kakinya,
ucapan dan pikirannya,
yang bergembira dalam samadhi dan memiliki batin yang tenang
yang puas berdiam seorang diri, maka orang lain menamakan dia sebagai "bhikkhu"
Jelaslah bahwa ukuran seseorang dapat disebut sebagai 'bhikkhu' cenderung karena melihat perbuatannya, bukan hanya sekedar upacara penabhisan yang telah ia laksanakan sebelumnya.
3. Membedakan pelaksanaan sila satu bhikkhu dengan bhikkhu yang lain sebenarnya bukanlah tindakan yang bermanfaat. Timbulnya perbedaan perilaku antar para bhikkhu ini sangat berhubungan dengan motivasi awal yang juga tidak sama pada setiap bhikkhu.
Oleh karena itu, dalam bergaul dengan para bhikkhu, hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah perilaku bhikkhu tersebut yang sesuai dengan peraturan kebhikkhuan (vinaya) di samping ia juga telah memperoleh penabhisan secara sah seperti yang tertulis dalam Tipitaka.
4. Umat boleh saja melakukan penilaian pada diri seorang bhikkhu, meskipun penilaian tersebut mungkin kurang bermanfaat. Namun, kalau dirasa penilaian tersebut dapat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas kebhikkhuan serta pembinaan umat Buddha di suatu tempat, maka tentu saja penilaian yang harus dilanjutkan dengan memberikan solusi yang baik ini dapat dilaksanakan. Sebaliknya, apabila penilaian terhadap tindakan seorang bhikkhu hanya untuk memenuhi kebutuhan umat untuk membicarakan keburukan orang lain tanpa memberikan satu solusi apapun, maka sebaiknya penilaian semacam ini tidak dilakukan.
5. Umat tentu saja bisa memberikan masukan atau saran kepada seorang bhikkhu apabila umat melihat perilaku bhikkhu tersebut kurang patut. Saran ini dapat diberikan dalam bentuk PERTANYAAN bukan pernyataan. Dengan demikian, umat lebih baik bertanya :"Apakah tindakan Bhante seperti itu cukup sopan?" daripada umat membuat pernyataan "Tindakan Bhante itu tidak sopan." Dengan merumuskan pertanyaan secara bijaksana, umat telah memberikan kesempatan kepada bhikkhu itu untuk berpikir, sadar dan memperbaiki kekurangan dirinya. Sebaliknya, dengan umat memberinya pernyataan, umat lebih cenderung memaksakan kehendak kepada bhikkhu tersebut sehingga hal ini berpotensi menimbulkan masalah pribadi di antara mereka.
Semoga jawaban ini dapat bermanfaat.
Salam metta,
B. Uttamo
Sumber : www.samaggi-phala.or.id