Bahagia ada di Dalam Diri Kita
Bahagia ada di Dalam Diri Kita
Orang miskin makan makanan yang sederhana sudah nikmat sekali. Tetapi, bagi orang yang kaya raya, makan makanan yang mewah baru merasa nikmat.
Kalau kita periksa, di dalam makanan yang sederhana dan makanan mewah itu, adakah kebahagiaan disana? Tidak ada!
Senang dan nikmat adanya di dalam batin.
Kalau orang kaya kita beri makanan yang sederhana menjadi kecewa dan jengkel. Apakah kecewa dan jengkel itu ada dalam makanan itu? Ternyata tidak ada! Kecewa dan jengkel ada di dalam batin.
Kebahagiaan ada dalam diri kita sendiri. Kita tidak perlu mencarinya jauh-jauh. Kebahagiaan muncul di dalam diri kita ini, bukan di luar.
Agama apapun tidak bisa menghadiahkan kebahagiaan. Semua agama hanya bisa menunjukkan caranya, kita sendiri yang harus melaksanakannya. Semua itu bergantung kepada kita sendiri.
Siapa yang membuat bahagia? Kita sendiri.
Siapa yang membuat tidak bahagia? Kita sendiri juga.
Kebahagiaan bergantung pada perubahan yang kita lakukan di dalam diri kita.
Kalau kita berani mengubah sikap hidup kita, menghancur leburkan keserakahan, keakuan; tidak hanya untuk menjaga gengsi, tetapi benar2 ingin menghancurkan nafsu keburukan, maka kebahagiaan akan muncul dalam batin kita. Dan jika kebahagiaan sudah muncul di dalam batin, kita akan merasa bahagia setiap saat.
Cobalah renungkan, kebahagiaan ada di dalam diri kita, tidak ada dalam makanan, tidak ada dalam pakaian, tidak ada dalam rumah yang bagus, juga tidak ada di dalam mobil yang berganti-ganti.
Apa saja yg kita hadapi, bisa membuat kita menderita, karena penderitaan itu kita yg membuatnya sendiri.
Sebaliknya, kita juga bisa untuk tidak membuat penderitaan.
Jadi klu menghadapi apapun, entah itu urusan suami, istri, teman, pembantu, pekerjaan, tetangga, panas, dingin, untung, rugi, capai; buatlah agar tidak menjadi menderita krn kita sendiri yg bs membuat menjadi penderitaan atau tidak menjadi penderitaan.
Sumber: "Bersahabat Dengan Kehidupan" - Bhikkhu Sri Pannyavaro Mahathera