"RENUNGAN KELAHIRAN, USIA-TUA, SAKIT, DAN KEMATIAN"

Namaste Sotthi hontu.
Pagi bahagia. Pagi penuh senyum ceria dgn rasa syukur dan berkah.

"RENUNGAN KELAHIRAN, USIA-TUA, SAKIT, DAN KEMATIAN"
Terjemahan dari:
The Hundred Thousand Song of Milarepa

Sahabatku yang baik,
pengembaraan di alam kehidupan ini adalah akibat kesadaran rendah yang digerakkan oleh nafsu keinginan besar, kemudian masuk ke dalam kandungan sang Ibu.

Walaupun ingin kembali ke masa lalu, tak sepatah katapun dapat diucapkan. Dalam kandungan terbaring dan terpanggang oleh panas, beku oleh dingin, sembilan bulan kemudian ia muncul dari kandungan ibu dengan penuh rasa sakit.
Seolah-olah ditarik keluar dari jepitan, keluar dari kandungan kepalanya ditekan sakitnya bagaikan dilempar ke dalam semak berduri, tubuh yang mungil dalam pangkuan sang Ibu, bagaikan burung seriti begulat dengan Rajawali

Yang tidak sadar akan kebenaran, selamanya tidak akan terhindar dari ancaman kelahiran, karenanya jangan menuda-nunda pengabdian, bila seseorang meninggal, kebutuhannya yang tertinggi adalah Dharma.

Dengarkanlah sahabatku,
mengenai penderitaan manusia, menyedihkan sekali tubuh seseorang yang telah menjadi lemah dan lapuk, siapa yang dapat menolong dari ancaman usia tua, selain hanya merasa cemas?

Jika usia tua telah menjelang, tubuh yang gagah menjadi bongkok, rambut yang hitam kini berubah menjadi putih, matanya yang terang menjadi rabun, telinganya yang peka menjadi tuli, pipi yang semu merah menjadi pucat.

Darahnya pun mengering, hidung cagak rautnya tenggelam, giginya menonjol keluar, tak dapat mengendalikan lidah, dia menganggap semakin dekat saat kematian, rasa susah dan hutangnya bertambah, dia kumpulkan makanan dan sahabatnya,

Namun dia gagal mempertahankan semuanya, ketika mencoba untuk tidak menderita, penderitaannya semakin bertambah. Apabila ia menceritakan kebenaran pada seseorang, jarang yang mempercayainya, anak dan kemenakan yang dibesarkan dan yang dicintainya, sering menjadi musuh.
Jika ia berikan harta simpanannya, dibalas tanpa terima kasih

Sahabatku, jika anda tidak sadar akan kebenaran abadi, anda akan menderita karena usia tua, tetapi yang mengabdikan diri pada Dharma di usia tua, seharusnya ia mengetahui, bahwa ia lahir karena Karma, sebab itu sangat baik menjalankan Dharma selagi masih bisa bernafas.

Sahabatku yang baik,
tubuh ini adalah wadah penyakit, sehingga orang akan merasakan penderitaan yang amat sangat, penyakit pikiran, empedu dan hati, terus menerus akan menyerang tubuh manusia yang lemah ini, membuat darah dan nanah menjadi panas, otot-otot dicengkram rasa sakit

Di tempat tidur yang nyaman orang sakit tidak merasakan kenyamanannya, gelisah meratap dan menggerutu, melalui karma yang tak pandang bulu, walaupun makanan yang nikmat disajikan padanya, selalu dimuntahkan bila ditelan.

Jika dibaringkan di tempat yang empuk dan sejuk, masih merasa panas dan seperti terbakar, jika diselimuti kain hangat, tetap merasa dingin seperti tergenang dalam salju basah.

Walau sanak saudara berkumpul disekitarnya, tak ada yang mampu mengurangi rasa sakitnya, meskipun banyak pahlawan perang dan dokter, mereka tak mampu menghentikan masaknya karma buruk.

Yang tidak menyadari kebenaran Agung ini, akan menjalani semua penderitaan itu. Karena kita tidak tahu kapan datangnya penyakit, alangkah bijaksana jika menjalankan Dhama penakluk tepat segala penyakit.

Dengarkanlah sahabatku,
semua orang harus mengalami penderitaan kematian. Or8ang kaya tidak bisa membelinya dengan uang, sang pahlawan tidak dapat mengalahkannya dengan pedang, wanita cantik sekalipun tidak dapat merayunya.
Cedikiawanpun tak dapat menundanya, disini, yang tak jujur tidak dapat berbuat apa-apa, yang pemberani juga tidak dapat menunjukkan keperkasaannya.

Jika semua sumber kekuatan bertemu dengan tubuh, seseorang seperti terjepit diantara dua gunung, wiharawan sudah tidak berguna lagi, dokter menyerah dengan keluh kesah, tak seorangpun dapat berhubungan dengan si mati.

Pengawal dan Dewa pelindung menghilang tak tentu rimbanya, meskipun Nafsu belum berhenti, tapi semua orang telah mencium, bau mayat bagaikan segumpal bara terbungkus abu dingin, begitulah orang menuju Kematiannya.

Mendekati saat kematian, ada yang menghitung hari dan bintang, yang lain menangis dan berteriak, yang lain memikirkan harta kekayaan yang ditinggalkan. Harta benda yang diperoleh dengan susah payah akan dinikmati orang lain.

Betapapun besar cinta dan simpati orang lain, dia akan berpisah dan melakukan perjalanan sendiri, sahabat baiknya, suami atau istrinya hanya bisa meninggalkannya disana, dalam bungkusan, tubuhnya yang tercinta akan dibawa pergi, dilempar ke air sungai atau dibakar, atau secara mudah ditinggalkan saja di tempat yang terpencil.

Sahabatku apa yang dapat dipegang teguh untuk akhir nanti?
Haruskah kita duduk dan bermasa bodoh, atau bermalas-malasan?
Jika nafasmu berhenti esok hari, tidak ada kekayaan dunia yang dapat menolong.
Mengapa lalu seseorang harus kikir?