SENIN, 25 AGUSTUS 2014 HARI UPOSATHA TGL 1 LUNAR(CE IT)

SENIN, 25 AGUSTUS 2014 HARI UPOSATHA TGL 1 LUNAR(CE IT)

SENIN, 25 AGUSTUS 2014 merupakan tgl 1 (lunar) / CE IT (Hari Uposatha) , mari teman teman se-dharma kita melaksanakan UPOSATHASILA karena manfaat yang akan diperoleh sangatlah besar, Mengenai manfaat dan apa sih Uposathasila itu , teman teman bisa menyimaknya pada artikel di bawah ini.

Sungguh sulit dapat terlahir sebagai manusia,
Sungguh sulit kehidupan makhluk hidup
Sungguh sulit dapat me ndengarkan Dhamma
Sungguh jarang terlahirnya para Buddha

Karena umat Buddha sekarang ini yang terlahir sebagai manusia dengan indra yang baik dan menganut pandangan benar hidup selagi Buddha dhamma masih berkembang, mereka telah bertemu dengan kesempatan yang sangat jarang Buddh’uppàda-navamakkhana.Terlepas dari kesempatan yang membahagiakan ini, jika mereka mengabaikan kebajikan mempraktikkan sila, samàdhi, dan pannà, mereka akan melewatkan kesempatan emas. Kesempatan untuk terlahir dalam delapan kehidupan yang tidak menguntungkan ini (akkhaõa) adalah sangat besar, sedangkan kesempatan terlahir
pada masa berkembangnya ajaran Buddha adalah sangat kecil. Hanya sekali dalam sejumlah tidak terhitung banyaknya kappa yang sangat lama sekali seorang Buddha muncul dan kesempatan Buddh’uppàda-navamakkhana bagi mereka yang beruntung adalahsangat sulit diperoleh.Umat Buddha yang baik sekarang ini memiliki dua berkah: pertama adalah berkah karena terlahir pada masa ajaran Buddha sedang berkembang di dunia, yang sangat jarang terjadi, dan berkah lainnyaadalah terlahir sebagai manusia yang memiliki pandangan benar. Dalam kesempatan yang sangat menguntungkan Buddh’uppàda-navamakkhana ini, mereka harus merenungkan dengan sunguh-sungguh, “Bagaimanakah kita dapat mengetahui ajaran Buddha? Kita tidak boleh melewatkan kesempatan emas Buddh’uppàda-navamakkhana ini. Jika terlewatkan, kita akan menderita dalamwaktu yang lama di empat alam sengsara.”Dengan memahami hal ini, sebagai makhluk yang beruntungyang telah bertemu dengan Buddh’uppàda-navamakkhana,suatukesempatan yang sangat jarang terjadi ini, kita harus berusaha
mengembangkan tiga kebajikan mulia sIla, samàdhi, dan pannà yang
diajarkan oleh Buddha sampai tercapainya Kearahattaan.

Mengenai Uposatha

Seseorang tidak sepatutnya membunuh makhluk lain atau mengambil barang yang tidak diberikan;
Ia seharusnya tidak mengucapkan kebohongan atau menjadi peminum dari minuman keras;
Ia seharusnya berpantang dari hubungan sexual;
Ia seharusnya tidak makan di malam hari, di waktu yang tidak tepat;
Ia seharusnya tidak mengenakan kalung bunga atau wewangian;
Ia seharusnya tidur di kasur jerami, tikar sederhana yg terbentang di lantai —
karena inilah delapan faktor dari Uposatha
yang telah dinyatakan oleh Yang Terbangkitkan
Menuju pada akhir dari penderitaan dan ketegangan.

Bulan & matahari, keduanya indah untuk dilihat,
Memancarkan cahaya kemanapun mereka pergi,
& mencerai-beraikan kegelapan kemanapun mereka bergerak di angkasa,
Mencerahkan angkasa, menerangi ruang-ruang.
Dalam jangkauannya ditemukan kekayaan:
mutiara, kristal, permata pirus,
batu keberuntungan, platinum, emas murni,
& emas yang dimurnikan yang disebut 'Hataka.'
Meskipun demikian — semua ini seperti sinar dari semua bintang ketika dibandingkan dengan bulan —
tidaklah sepadan bahkan seperenambelasnya dibandingkan dengan delapan faktor Uposatha.

Jadi siapapun — laki-laki atau perempuan —
yg dilengkapi dgn kebajikan-kebajikan dr delapan faktor Uposatha ini,
telah melakukan perbuatan bermanfaat, menghasilkan kebahagiaan,
melampaui celaan, menuju pada kondisi surgawi
- Muluposatha Sutta: Akar-akar dari Uposatha, Anguttara Nikaya 3.70 -

Uposatha atau dalam bahasa Sansekerta Upavasatha adalah hari yg penting dalam tradisi Buddhis. Hari Uposatha adalah hari dimana umat perumah tangga menjalankan praktik Atthasila (menjalankan delapan sila) dan para Bhikkhu akan mengulang Patimokha (aturan-aturan kebhikkhuan/vinaya).

Upavasatha juga dikatakan merupakan akar kata dari puasa dalam bahasa Indonesia yang berasal dari kata 'upavāsa' (baca: upawaasa) atau upavassa' (baca : upawassa) yang terdiri dari kata upa = dekat/mendekat; vāsa atau vassa = berdiam/tinggal.

Hari uposatha mengacu pada penanggalan bulan gelap dan bulan terang.

Hari itu digunakan sebagai acuan bagi umat perumah-tangga untuk masuk ke dalam praktik memegang 8 aturan moralitas (Attha= delapan ; sila: moralitas).

Berikut ini adalah 8 aturan moral (Uposatha Sila) yg dilaksanakan oleh umat perumah-tangga atau upasaka dan upasika:

1. Panatipata veramani sikkhapadam samadiyami
Aku bertekad melatih diri menghindari pembunuhan makhluk hidup.

2. Adinnadana veramani sikkhapadam samadiyami
Aku bertekad melatih diri menghindari pengambilan barang yang tidak diberikan.

3. Abrahmacariya veramani sikkhapadam samadiyami
Aku bertekad melatih diri menghindari perbuatan tidak suci.

4. Musavada veramani sikkhapadam samadiyami
Aku bertekad melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar.

5. Suramerayamajja pamadatthana veramani sikkhapadam samadiyami
Aku bertekad melatih diri menghindari minuman memabukkan hasil penyulingan atau peragian yang menyebabkan lemahnya kesadaran.

6. Vikalabhojana veramani sikkhapadam samadiyami
Aku bertekad melatih diri menghindari makan makanan setelah tengah hari.

7. Nacca-gita-vadita-visukkadassana mala-gandha-vilepana-dharana-mandana-vibhusanathana veramani sikkhapadam samadiyami
Aku bertekad melatih diri menghindari menari, menyanyi, bermain musik, dan pergi melihat pertunjukkan, memakai, berhias dengan bebungaan, wewangian, dan barang olesan (kosmetik) dengan tujuan untuk mempercantik tubuh

8. Uccasayana-mahasayana veramani sikkhapadam samadiyami
Aku bertekad untuk melatih diri menghindari penggunaan tempat tidur dan tempat duduk yang tinggi dan besar (mewah).

Aku bertekad melatih diri menghindari makan makanan setelah tengah hari. Maksudnya adalah tidak makan setelah lewat dari siang hari, dan hanya diperbolehkan untuk minum minuman seperti madu, air gula, jus (dgn catatan buahnya tidak boleh lebih besar dari satu kepalan tangan), khusus untuk susu tidak diperkenankan diminum setelah lewat dari tengah hari. Kita hanya boleh makan lagi pada esok hari, subuh ketika matahari mulai terbit, jadi bukan setelah lewat jam 12 malam.

Mengenai sila ke 7 dan 8, plus sila sebelumnya yaiitu sila ke 6 sebenarnya jika kita perhatikan tambahan tiga sila ini mengatur pada apa yang kita rasakan, dengar, lihat, cium, sentuh. Inilah mengapa Atthasila juga disebut sebagai Indriya-samvara sila atau latihan pengendalian pintu Indera. Atthasila merupakan sebuah upaya dimana seseorang meraih kendali atas inderanya. Pada umumnya manusialah yang dikendalikan oleh keinginan-keinginan dari nafsu-nafsu indera yg terus meminta dan menagih tanpa ada batas akhirnya sehingga inilah yang membuat seseorang terbutakan oleh keinginan dan kehilangan kebijaksanaan.

Sila merupakan faktor dari latihan (sikkhapada) dan fondasi dari pengembangan batin atau meditasi, tanpa sila yang kokoh maka sangat sulit bagi kita untuk mengembangkan kemampuan batin kita. Fungsi dari sila itu sendiri adalah untuk membersihkan perbuatan, dengan aturan latihan dan penahanan diri sesuai dengan aturan moralitas yang dipegang.

Sila merupakan dasar perlindungan sejati seseorang dan merupakan jalan untuk merubah diri kita dengan mengembangkan disiplin moral. Prinsip Sila adalah hiri: rasa malu berbuat jahat danotappa: rasa takut akan akibat dari perbuatan jahat. Atau ada juga prinsip yang disebut sebagai attanam upamam katva yg berarti:

“Dengan mempertimbangkan diri sendiri sama seperti orang lain dan orang lain sama seperti dirinya sendiri.

Dalam hal ini seorang pengikut yang mulia bercermin:

'Disinilah aku, sangat mencintai kehidupanku, tidak ingin untuk mati, sangat mencintai kesenangan dan menolak rasa sakit.

Seandainya seseorang harus menghilangkan kehidupanku, hal ini tidak akan menjadi hal yang menyenangkan dan menggembirakan bagiku.

Jika aku, pada giliranku, harus menghilangkan kehidupan orang lain, kehidupan yang sangat dicintai oleh orang itu, tidak menginginkan untuk mati, orang lain sangat mencintai kesenangan dan menolak rasa sakit, hal itu tidak akan menjadi hal yang menyenangkan dan menggembirakan baginya.

Bagi kondisi yang tidak menyenangkan atau menggembirakan bagiku haruslah tidak menyenangkan dan menggembirakan bagi yang lainnya: dan kondisi tidak menyenangkan bagiku, bagaimana bisa aku menimbulkan hal itu pada orang lain?'

Sebagai hasil dari perenungan yang demikian, ia sendiri berpantang dari mengambil kehidupan makhluk-makhluk dan ia mendorong orang lain juga untuk berpantang, dan berbicara dalam pujian mengenai berpantang.

Samyuttanikaya, 55, No. 7

Lebih lanjut dalam Maha parinibbana Sutta – Digha Nikaya, Sang Buddha membabarkan mengenai manfaat dari Sila:

- Melalu kewaspadaan terus-menerus dalam dirinya , ia memperoleh banyak kekayaan

- Reputasi yang baik karena perbuatan yang terkendali akibat praktik dari sila.

- Perkumpulan apapun yg ia masuki baik Brahmana, Khattiya, perumah-tangga ataupun petapa, ia memasukinya dgn penuh percaya diri & ketenangan

- Ia meninggal dengan tenang dan tidak bingung

- Setelah meninggal terlahir dalam kondisi bahagia di surga

Moralitas adalah perlindungan sejati seseorang. Setelah melakukan apa yang bajik dan baik, Ia tidak akan menyesal atau menyalahkan dirinya, dan orang bijaksana tidak menyalahkannya. Moralitas adalah dasar tertinggi untuk keamanan, fondasi untuk ketekunan dan sebuah berkah.

Buddha Dhamma adalah ajaran yg berisikan praktik dan bukan ajaran untuk diyakini, untuk itu sangat penting bagi kita untuk meraih manfaat Dhamma itu sendiri dengan mempraktikkan ajaran. Dhamma akan melindungi mereka yang mempraktikkannya. Dengan mempraktikkan Sila maka kita juga mencegah lenyapnya Dhamma sejati seperti yg diungkapkan oleh Sang Buddha dalam Samyutta Nikaya 16.13:

”Lima hal inilah Kassapa, yang menyebabkan lenyapnya Dhamma yang sejati. Apakah yang lima itu?

Ketika para bhikkhu, bhikkhuni, pengikut awam pria dan wanita tidak memiliki rasa hormat pada Buddha
Mereka tidak memiliki rasa hormat pada Dhamma
Mereka tidak memiliki rasa hormat pada Sangha
Mereka tidak memiliki rasa hormat pada pelatihan diri (Vinaya, Sila)
Dan mereka tidak memiliki rasa hormat pada pencapaian konsentrasi”

Sila merupakan faktor utama dalam tahapan berlatih (sikkha) sebelum seseorang mengembangkan Samadhi (konsentrasi) dan Panna (kebijaksanaan). Untuk itu sangat penting melatih dan mengembangkan moralitas kita agar kita dapat terus mengembangkan kualitas batin kita menuju ke arah yang lebih baik hingga tercapainya Nibbana.

”Jika engkau menyayangi dirimu,

maka jgnlah membelenggu dirimu sendiri dgn kejahatan,

Karena kebahagiaan tidaklah mudah didapat bagi mereka yg melakukan perbuatan yang salah.

Ketika ditangkap oleh akhir kehidupan, saat engkau meninggalkan alam kehidupan sebagai manusia, apa yg sebenarnya engkau miliki?

Apa yang kau bawa di sepanjang perjalanan?

Apa yang mengikuti di belakangmu seperti bayangan yg tidak pernah meninggalkan bendanya.

Keduanya, baik kebajikan & kejahatan yg engkau lakukan disini:

Itulah milikmu yang sejati, yg akan kau bawa sepanjang perjalananmu;

Itulah yang mengikuti di belakangmu seperti bayangan yg tidak pernah meninggalkan bendanya.

Karena itu lakukanlah apa yang terpuji, sebagai sebuah timbunan harta di kehidupan mendatang.

Perbuatan bajik adalah penyokong bagi semua makhluk ketika mereka muncul/lahir di dunia lainnya.

Samyutta Nikaya 3.4 - Piya Sutta

===================================================

UPOSATHA SUTTA

Demikianlah yang telah Kudengar. Pada suatu ketika Sang Bhagavan sedang berdiam di Hutan Jeta, Arama Anathapindika, dekat Savatthi. Kala itu Sang Bhagavan bersabda kepada Para Bhikku, "Hai Para Bhikku." "Ya Bhante", Para Bhikku menyahut Sang Bagavan. Demikian Sabda Sang Bhagavan,"Hai Para Bhikku, pengalaman Uposatha Berunsur Delapan baik Pahala, Manfaat, Kemuliaan, maupun jangkauan-Nya besar sekali. Hai Para Bhikku, bagaimanakah Pengamalan Uposatha Berunsur Delapan yang baik Pahala, Manfaat, Kemuliaan, maupun jangkauan-Nya besar sekali itu?"

"Dalam Hal ini, Para Bhikku, demikianlah yang direnungkan Para Siswa Ariya:

Para Arahat, sepanjang Hidup telah meninggalkan pembunuhan mahluk hidup, telah menjauhkan Diri dari pembunuhan mahluk hidup, telah meletakkan tongkat pemukul serta senjata tajam, merasa malu (berbuat jahat) dan bersikap penuh kasih sayang terhadap semua mahluk hidup.
Aku pun siang dan malam ini akan meninggalkan pembunuhan mahluk hidup, akan menjauhkan Diri dari pembunuhan mahluk hidup, akan meletakkan tongkat pemukul serta senjata tajam, merasa malu (berbuat jahat) dan bersikap penuh kasih sayang terhadap semua mahluk hidup.
Dengan cara demikianlah Aku mengikuti jejak Para Arahat, dan menjalankan Uposatha. Inilah Sila Pertama yang diamalkan.

Para Arahat, sepanjang Hidup telah meninggalkan pengambilan sesuatu yang tidak diberikan, menjauhkan Diri dari pengambilan sesuatu yang tidak diberikan, hanya mengambil apa yang diberikan, hanya menginginkan apa yang diberikan, tidak mencuri, Diri-Nya bersih bebas dari noda.
Aku pun siang dan malam ini akan meninggalkan pengambilan sesuatu yang tidak diberikan, telah menjauhkan Diri dari pengambilan sesuatu yang tidak diberikan, hanya mengambil apa yang diberikan, hanya menginginkan apa yang diberikan, tidak mencuri, Diri-Nya bersih bebas dari noda.
Dengan cara demikianlah Aku mengikuti jejak Para Arahat, dan menjalankan Uposatha. Inilah Sila Kedua yang diamalkan.

Para Arahat, sepanjang Hidup telah meninggalkan kehidupan tidak suci, menjalankan kehidupan suci, menjauhkan Diri dari hal-hal yang tercela, menjauhkan Diri dari kontak seksual seperti orang awam.
Aku pun siang dan malam ini akan meninggalkan kehidupan tidak suci, menjalankan kehidupan suci, menjauhkan Diri dari hal-hal yang tercela, menjauhkan Diri dari kontak seksual seperti orang awam.
Dengan cara demikianlah Aku mengikuti jejak Para Arahat, dan menjalankan Uposatha. Inilah Sila Ketiga yang diamalkan.

Para Arahat, sepanjang Hidup telah meninggalkan ucapan bohong, menjauhkan Diri dari ucapan bohong, hanya mengucapkan yang benar, yang sesuai dengan kenyataan, dapat dipercayai, jujur, tidak berdusta terhadap orang-orang di dunia.
Aku pun siang dan malam ini akan meninggalkan ucapan bohong, menjauhkan Diri dari ucapan bohong, hanya mengucapkan yang benar, yang sesuai dengan kenyataan, dapat dipercayai, jujur, tidak berdusta terhadap orang-orang di dunia.
Dengan cara demikianlah Aku mengikuti jejak Para Arahat, dan menjalankan Uposatha. Inilah Sila Keempat yang diamalkan.

Para Arahat, sepanjang Hidup telah meninggalkan minuman beralkohol dan memabukkan, menjauhkan Diri dari minuman beralkohol dan memabukkan.
Aku pun siang dan malam ini akan meninggalkan minuman beralkohol dan memabukkan, menjauhkan Diri dari minuman beralkohol dan memabukkan.
Dengan cara demikianlah Aku mengikuti jejak Para Arahat, dan menjalankan Uposatha. Inilah Sila Kelima yang diamalkan.

Para Arahat, sepanjang Hidup sehari hanya makan sekali, tidak makan pada malam hari, menjauhkan Diri dari makan pada waktu yang salah.
Aku pun siang dan malam ini akan makan hanya sekali, tidak makan pada malam hari, menjauhkan Diri dari makan pada waktu yang salah.
Dengan cara demikianlah Aku mengikuti jejak Para Arahat, dan menjalankan Uposatha. Inilah Sila Keenam yang diamalkan.

Para Arahat, sepanjang Hidup menjauhkan Diri dari tari-tarian, nyanyian, musik, tontonan pertunjukan, menjauhkan Diri dari pengenaan untaian bunga, wangi-wangian, bahan kosmetik, dandanan dan perhiasan.
Aku pun siang dan malam ini akan menjauhkan Diri dari tari-tarian, nyanyian, musik, tontonan pertunjukan, menjauhkan Diri dari pengenaan untaian bunga, wangi-wangian, bahan kosmetik, dandanan dan perhiasan.
Dengan cara demikianlah Aku mengikuti jejak Para Arahat, dan menjalankan Uposatha. Inilah Sila Ketujuh yang diamalkan.

Para Arahat, sepanjang Hidup meninggalkan tempat tidur yang tinggi dan besar, menjauhkan Diri dari tempat tidur yang tinggi dan besar, hanya menggunakan tempat tidur yang rendah atau yang beralaskan taburan dedaunan.
Aku pun siang dan malam ini akan meninggalkan tempat tidur yang tinggi dan besar, menjauhkan Diri dari tempat tidur yang tinggi dan besar, hanya menggunakan tempat tidur yang rendah atau yang beralaskan taburan dedaunan.
Dengan cara demikianlah Aku mengikuti jejak Para Arahat, dan menjalankan Uposatha. Inilah Sila Kedelapan yang diamalkan.
Demikianlah, Para Bhikku, Pengamalan Uposatha Berunsur Delapan yang baik Pahala, Manfaat, Kemuliaan, maupun jangkauan-Nya besar sekali.

Seberapa besarkah Pahala-Nya? Seberapa besarkah Manfaat-Nya? Seberapa besarkah Kemuliaan-Nya? Seberapa besarkah Jangkauan-Nya? Sama seperti, Para Bhikku, memiliki Kekuasaan Penuh atas keenam belas Negara ; Angga, Magadha, Kasi, Kosala, Wajji, Malla, Ceti, Wangga, Kuru, Pancala, Maccha, Surasena, Assaka, Awanti, Ghandara dan Kamboja, yang berlimpah ruah dalam Tujuh Permata, namun masih kalah jauh tidak sebanding dengan Uposatha Berunsur Delapan ini. Apa sebabnya? Karena, Para Bhikku, bila dibandingkan dengan Kebahagiaan Surgawi, Kerajaan manusia sungguh tiada nilainya.

Para Bhikku, 50 tahun Alam manusia setara dengan sehari semalam Para Dewa Catummaharajika. Tiga puluh hari demikian adalah sebulan. Dua belas bulan demikian adalah satu tahun. Usia Para Dewa Catummaharajika adalah 500 tahun demikian. Besar kemungkinan, Para Bhikku, ada Pria atau Wanita tertentu, setelah mengamalkan Uposatha Berunsur Delapan, apabila badan jasmaninya hancur sesudah meninggal dunia, akan terlahir kembali diantara Para Dewa Catummaharajika. Inilah, Para Bhikku, yang tersirat dalam ungkapan ' Bila dibandingkan dengan Kebahagiaan Surgawi, Kerajaan manusia sungguh tiada nilainya.'

Para Bhikku, 100 tahun Alam manusia setara dengan sehari semalam Para Dewa Tavatimsa. Tiga puluh hari demikian adalah sebulan. Dua belas bulan demikian adalah satu tahun. Usia Para Dewa Tavatimsa adalah 1000 tahun demikian. Besar kemungkinan, Para Bhikku, ada Pria atau Wanita tertentu, setelah mengamalkan Uposatha Berunsur Delapan, apabila badan jasmaninya hancur sesudah meninggal dunia, akan terlahir kembali diantara Para Dewa Tavatimsa. Inilah, Para Bhikku, yang tersirat dalam ungkapan ' Bila dibandingkan dengan Kebahagiaan Surgawi, Kerajaan manusia sungguh tiada nilainya.'

Para Bhikku, 200 tahun Alam manusia setara dengan sehari semalam Para Dewa Yama. Tiga puluh hari demikian adalah sebulan. Dua belas bulan demikian adalah satu tahun. Usia Para Dewa Yama adalah 2000 tahun demikian. Besar kemungkinan, Para Bhikku, ada Pria atau Wanita tertentu, setelah mengamalkan Uposatha Berunsur Delapan, apabila badan jasmaninya hancur sesudah meninggal dunia, akan terlahir kembali diantara Para Dewa Yama. Inilah, Para Bhikku, yang tersirat dalam ungkapan ' Bila dibandingkan dengan Kebahagiaan Surgawi, Kerajaan manusia sungguh tiada nilainya.'

Para Bhikku, 400 tahun Alam manusia setara dengan sehari semalam Para Dewa Tusita. Tiga puluh hari demikian adalah sebulan. Dua belas bulan demikian adalah satu tahun. Usia Para Dewa Tusita adalah 4000 tahun demikian. Besar kemungkinan, Para Bhikku, ada Pria atau Wanita tertentu, setelah mengamalkan Uposatha Berunsur Delapan, apabila badan jasmaninya hancur sesudah meninggal dunia, akan terlahir kembali diantara Para Dewa Tusita. Inilah, Para Bhikku, yang tersirat dalam ungkapan ' Bila dibandingkan dengan Kebahagiaan Surgawi, Kerajaan manusia sungguh tiada nilainya.'

Para Bhikku, 800 tahun Alam manusia setara dengan sehari semalam Para Dewa Nimmanarati. Tiga puluh hari demikian adalah sebulan. Dua belas bulan demikian adalah satu tahun. Usia Para Dewa Nimmanarati adalah 8000 tahun demikian. Besar kemungkinan, Para Bhikku, ada Pria atau Wanita tertentu, setelah mengamalkan Uposatha Berunsur Delapan, apabila badan jasmaninya hancur sesudah meninggal dunia, akan terlahir kembali diantara Para Dewa Nimmanarati. Inilah, Para Bhikku, yang tersirat dalam ungkapan ' Bila dibandingkan dengan Kebahagiaan Surgawi, Kerajaan manusia sungguh tiada nilainya.'

Para Bhikku, 1600 tahun Alam manusia setara dengan sehari semalam Para Dewa Parinimmitavasavatti. Tiga puluh hari demikian adalah sebulan. Dua belas bulan demikian adalah satu tahun. Usia Para Dewa Parinimmitavasavatti adalah 16000 tahun demikian. Besar kemungkinan, Para Bhikku, ada Pria atau Wanita tertentu, setelah mengamalkan Uposatha Berunsur Delapan, apabila badan jasmaninya hancur sesudah meninggal dunia, akan terlahir kembali diantara Para Dewa Parinimmitavasavatti. Inilah, Para Bhikku, yang tersirat dalam ungkapan ' Bila dibandingkan dengan Kebahagiaan Surgawi, Kerajaan manusia sungguh tiada nilainya.'

Upasaka Upasika, Umat2 Buddha, ayooo ayooo semangat, kuatkan Sila kita, laksanakan Uposatha Sila, sekarang dan seterusnya, setiap Ce it, Ce Pek, Cap Go, Ji sa .

Mengenai sejarah uposatha bisa dibaca

di www.facebook.com